1. Definisi Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Proses induksi dapat dibedakan menjadi:
1.1 Generalisasi ialah proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa.
1.2 Analogi ialah suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan atau inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri esensial penting yang bersamaan.
1.3 Hubungan Kausal (sebab akibat), prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya.
2. Definisi Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Penalaran dalam karangan. Dalam praktiknya proses induktif dan deduktif ini diwujudkan dalam satuan-satuan tulisan yang merupakan paragraf. Pada paragraf deduktif kalimat utamanya terdapat pada awal kalimat, sedangkan pargraf induktif pada akhir kalimat.
2.1 Silogisme merupakan suatu proses penarikan kesimpulan yang didasarkan atas pernyataan-pernyataan (proposisi-> yang kemudian disebut premis) sebagai antesedens (pengetahuan yang sudah dipahami) hingga akhirnya membentuk suatu kesimpulan (keputusan baru) sebagai konklusi atau konsekuensi logis. Keputusan baru tersebut selalu berkaitan dengan proposisi yang digunakan sebagai dasar atau dikemukakan sebelumnya. Oleh karena hal tersebut, perlu dipahami hal-hal teknis berkaitan dengan silogisme sehingga penalaran kita benar dan dapat diterima nalar.
2.2 Entimen merupakan bentuk singkat silogisme dengan jalan mengubah format yang disederhanakan, tanpa menampilkan premis mayor. Bentuk silogisme ini bisa dimunculkan dalam dua cara: 1) C=B karena C=A, dan 2) Karena C=A, berarti C=B. Bentuk penalaran ini bisa dikembangkan dalam format yang lebih detil bagian per bagian yang akan memperbannyak gagasan dan konsep. Hubungan logis memegang peran utama dalam penalaran tipe ini. Pada umumnya entimen dimulai dari kesimpulan; hanya saja ada alternatif mengemukakan sebab untuk sampai kepada kesimpulan.
Don Pratama
Cari Blog Ini
Rabu, 30 Maret 2016
Aspek Penalaran Dalam Karangan
1. Menulis sebagai hasil proses bernalar
Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa merupakan hasil proses berpikir kita tentang sesuatu . Hal ini dapat kita mengerti tatkala kita akan mengemukakan pendapat kepada orang lain, misalnya saat berbicara, pikiran kita berkonsentrasi, berproses, kemudian menggunakan media bahasa lisan untuk mengemukakan gagasan. Hal ini pun juga terjadi tatkala kita menulis suatu topik. Untuk menulis suatu topik kita harus berpikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan, mempertentangkan, mencari faktor penyebab dan akibatnya, dan lain-lain.
Dalam keseharian hidup kita pun saat dalam kondisi sadar dan terjaga, kita senantiasa berpikir. Berpikir memang merupakan kegiatan mental kehidupan manusia. Saat itu pulalah timbul serangkaian fakta hasil pengalaman, pengamatan, percobaan, penelitian, dan referensi dalam urutan yang saling berhubungan serta bertujuan menarik kesimpulan yang terwujud dalam pendapat. Jenis berpikir seperti ini sudah merupakan kegiatan bernalar. Dan proses bernalar merupakan kinerja berpikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpuan berupa pendapat atau gagasan. Kagiatan ini bisa bersifat ilmiah atau tidak ilmiah.
Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah mencakup kedua poroses penalaran tersebut.
2. Aspek Penalaran Dalam Sebuah Karya Tulis Ilmiah
Menurut Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusi bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi”.
Dalam sumber yang sama, Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses berpikir yang logis dengan berusaha menhubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. Suatu karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran akan terlihat dalam pola pikir penyusun karangan itu sendiri. Fakta adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang menggunakan panca indera, melihat, mendengar, membaui, meraba, dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, menaksir, memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan, dan menghubung-hubungkan. Jadi, dasar berpikir adalah klasifikasi”.
x
Minggu, 03 November 2013
Ragam dan Laras Bahasa
Definisi Bahasa, Ragam dan Fungsi Bahasa
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak
boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi.
Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan
tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik,
penerima dan pengirim bahasa harus menguasai bahasanya.
Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata
baku Indonesia dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang
alih-alih disebut sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baasa
Indonesia ragam baku atau kosa kata bahasa Indonesia baku adalah kosa kata baku
bahasa Indonesia, yang memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang
dijadikan tolok ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur bahasa
Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi di dalam menggunakan bahasa
Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan di dalam ragam baku bukan
ragam santai atau ragam akrab.
Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat :
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat untuk mengidentifikasi diri.
Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa :
1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti
bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti
gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa benyamin s, dan lain
sebagainya.
3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu
wilayah atau dialek seperti dialek bahasa madura, dialek bahasa medan,
dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali, dialek bahasa jawa, dan lain
sebagainya.
4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu
golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam
bahasa orang-orang jalanan.
5. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam
bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku).
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan
gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang
dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam
berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan
bicara / target komunikasi.
Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah
salah satu cara bekomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan
lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki
bahasa sendiri
Ragam & Laras Bahasa
Ragam Bahasa: variasi bahasa yang terjadi karena
pemakaian bahasa. Ragam bahasa dibedakan berdasarkan media pengantarnya dan
berdasarkan situasi pemakaiannya.
- Berdasarkan medianya: ragam lisan & tulis.
- Berdasarkan situasi pemakaiannya :ragam formal, semi formal dan nonformal
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian,
yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Menurut
Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia,
timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku.
Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan
resmi digunakan bahasa baku.
~ Definisi Laras Bahasa ~
Laras bahasa bermaksud gaya dan penggunaan sesuatu bahasa digunakan/gaya
atau cara penggunaan sesuatu bahasa.
Laras ialah bentuk bahasa yang wujud akibat situasi
sosial berlainan merujuk kepada cara penggunaan sesuatu bahasa dan variasi
bahasa mengikut bidang dan situasi seseorang penutur sewaktu berbahasa, sama
ada secara lisan atau tulisan.
kesesuaian antara bahasa yang dipakai dengan fungsi
pemakaian bahasa. Laras bahasa tidak sama dengan ragam bahasa.
Penggunaan laras bahasa yang berlainan ditentukan oleh
dua faktor utama, iaitu:
~ Ciri - ciri Laras Bahasa ~
Penggunaan laras bahasa yang berlainan ditentukan oleh
dua faktor utama, yaitu :
- Ciri - Ciri keperihalan sesuatu peristiwa bahasa
- Ciri - ciri linguistik
~ Format Laras ~
- Laras yang mempunyai format tersendiri adalah seperti
berikut :
- Laras undang undang
- Laras ucapan
- Laras iklan
- Laras laporan berita
Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk
dalam berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Jadi, laras bahasa
adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal
iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature, laras komik, laras
sastra, yang masih dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel,
dan sebagainya. Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya
tersendiri. Laras bahasa yang akan kita bahas dalam kesempatan ini adalah laras
ilmiah.
~ Laras llmiah ~
Dalam uraian di atas dikatakan bahwa setiap laras dapat
disampaikan dalam ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi,
tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu
menggunakan ragam standar.
Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian
gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat.
Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi
menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya
ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis (Soeseno, 1981: 1).
Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas
dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah
cerita, sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah
tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang
benar dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara
langsung dialami oleh penulis. Data realistis dapat berasal dan dokumen, surat
keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan suatu
peristiwa faktual. Faktual berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan
yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis
(Marahimin, 1994: 378).
Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang
jelas. Meskipun demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang
peranan utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang
komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk
mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus
dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan.
Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita.
Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan
kepada pembacanya.
Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai
karya ilmiah adalah sebagai berikut (Brotowidjojo, 1988: 15-16).
1. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara
sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
2. Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar,
jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik
penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.
3. Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah
direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural.
4. Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan
pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik
kesimpulan.
5. Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai
dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.
6. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti
bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan
memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh
memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya
tidak boleh bersifat emotif.
7. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika
pada akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh
penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum alam
yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca
dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan
kebenaran karya ilmiah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dari segi bahasa, dapat
dikatakan bahwa karya ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu :
1. harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau
mendua makna
2. harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah,
sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau
keraguan
3. harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.
Disamping persyaratan tersebut di atas, untuk dapat
dipublikasikan sebagai karya ilmiah ada ketentuan struktur atau format karangan
yang kurang lebih bersifat baku. Ketentuan itu merupakan kesepakatan
sebagaimana tertuang dalam International Standardization Organization (ISO).
Publikasi yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam ISO
memberikan kesan bahwa publikasi itu kurang valid sebagai terbitan ilmiah
(Soehardjan, 1997 : 10). Struktur karya ilmiah (Soehardjan, 1997 : 38) terdiri atas
judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan
pembahasan, kesimpulan, ucapan terima kasih dan daftar pustaka. ISO 5966 (1982)
menetapkan agar karya ilmiah terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, kata
kunci, pendahuluan, inti tulisan (teori metode, hasil, dan pembahasan),
simpulan, dan usulan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka (Soehardjan, 1997
: 38).
Minggu, 20 Oktober 2013
Peranan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Peranan
dan Fungsi Bahasa Indonesia
1. Jelaskan
fungsi Bahasa Indonesia secara umum dan aplikasinya dalam
kehidupan
sehari-hari!
Mengetahui
Fungsi Bahasa Secara Umum
Fungsi umum bahasa
indonesia adalah sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa pada dasarnya sudah
menyatu dengan kehidupan manusia. Aktivitas manusia sebagai anggota masyarakat
sangat bergantung pada penggunaan bahasa masyarakat setempat. Gagasan, ide,
pikiran, harapan dan keinginan disampaikan lewat bahasa.
Selain fungsi bahasa
diatas, bahasa merupakan tanda yang jelas dari kepribadian manusia. Melalui
bahasa yang digunakan manusia, maka dapat memahami karakter, keinginan, motif,
latar belakang pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan dan adat istiadat
manusia.
Menurut Sumiati
Budiman (1987 : 1) mengemukakan bahwa fungsi bahasa dapat dibedakan berdasarkan
tujuan, yaitu :
1. Fungsi praktis :
Bahasa digunakan sebagai komunikasi dan interakis antar anggota masyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari.
Bahasa digunakan sebagai komunikasi dan interakis antar anggota masyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari.
2. Fungsi kultural
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyimpan, menyebarkan dan mengembangkan kebudayaan.
3. Fungsi artistik
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan rasa estetis (keindahan) manusia melalui seni sastra.
4. Fungsi edukatif
Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Fungsi politis
Bahasa digunakan sebagai alat untuk mempusatkan bangsa dan untuk menyelenggarakan administrasio pemerintahan.
Mencermati keadaan
dan perkembangan dewasa ini, semakin terasakan betapa besar fungsi dan peran
bahasa dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa kehidupan manusia terasa hampa dan
tidak berarti. Melalui peran bahasa, manusia dapat menjadikan dirinya menjadi
manusia berbudi pekerti, berilmu dan bermartabat tinggi.
Berdasarkan semua
ini, dapat disimpulkan fungsi bahasa yaitu sbb:
1.
Bahasa sebagai alat komunikasi
Melalui Bahasa,
manusia dapat berhubungan dan berinteraksi dengan alam sekitarnya, terutama
sesama manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dapat memikirkan, mengelola dan memberdayakan
segala potensi untuk kepentingan kehidupan umat manusia menuju kesejahteraan
adil dan makmur. Manusia dalam berkomunikasi tentu harus memperhatikan dan
menerapkan berbagai etika sehingga terwujud masyarakat yang madani selamat
dunia dan akhirat. Bahasa sebagai alat komunikasi berpotensi untuk dijadikan
sebagai sarana untuk mencapai suatu keberhasilan dan kesuksesan hidup manusia,
baik sebagai insan akademis maupun sebagai warga masyarakat.
2.
Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat ekspresi
diri, bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam
diri seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang
dimilikinya. Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan
diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi.
2. Bagaimana
cara Anda melestarikan Bahasa Indonesia sebagai alat
pemersatu
bangsa?
Indonesia adalah
bangsa yang besar beraneka ragam suku bangsa ada disini mulai dari sabang sampai
merauke. 748 bahasa dari bermacam-macam daerah juga ada di negara ini, setiap
orang yang berasal dari setiap suku memiliki karakternya masing-masing mulai
dari adat, kebiasaan dan bahasa. Dalam bersosialisasi dibutuhkan peran bahasa
untuk memberi pengertian terhadap apa yang kita ucapkan. Karena bangsa kita
memiliki ratusan bahasa harus ada bahasa Negara yang berperan sebagai alat
pemersatu sebagai sarana percakapan yang digunakan oleh orang dari berbagai
macam suku bangsa untuk berkomunikasi.
Sebagai contoh orang
medan yang berasal dari suku batak ingin bertanya kepada orang Madura
karena tak tau bahasa Madura digunakanlah bahasa Indonesia dan terjadilah
komunikasi yang saling mengerti terhadap apa yang dibicarakan. Disitulah fungsi
bahasa Indonesia sebagai lambang pemersatu.
Bahasa Indonesia
berasal dari bahasa melayu riau-johor kalau sekarang kepulauan riau Dalam
perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja
di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal
abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia” diawali sejak dicanangkannya Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan “imperialisme bahasa” apabila
nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia
saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung
Malaya.
Bahasa Indonesia
dalam perjalanannya banyak menyerap dari bahasa asing, maupun daerah. Peran
penjajah sangat mempengaruhi pengunaan bahasa yang bercampur bahkan juga ada
yang sama dengan bahasa asli nya di Negara asal misalkan :bendera di portugis
yang kini Portugal juga disebut bendera.
Itu bukti bahwa
bahasa Indonesia menyerap dari berbagai macam bahasa mulai dari portugis,
belanda, arab, india (sansekerta), sampai bahasa dari berbagai macam daerah di
Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu juga digunakan
dimedia-media nasional, pemerintahan, dsb. Bahasa sebagai bahasa pemersatu juga
diikrarkan oleh para pemuda masa lalu yang salah satu bunyi sumpah pemuda
berisikan “kami pemuda Indonesia mengaku berbahasa yang satu bahasa
Indonesia”.
Bahasa Indonesia
diresmikan pengunaanya pada saat proklamasi kemerdekaan sehari saat konstitusi
mulai berlaku. Sekarang ini banyak orang yang bersosilasi baik dikantor,
sekolah, maupun lingkungan sekitar memakai bahasa Indonesia utuk mempersatukan
walaupun asal suku mereka berbeda sebagai bangsa yang besar fungsi bahasa
Indonesia sebagai bahasa pemersatu sangat penting untuk menyambungkan
bahasa-bahasa lain dari berbagai daerah.
Tetapi bahasa asal
daerah jangan sampai punah untuk tetap menjaga bahasa asli daerah tetap
ada dan tetap menjaga kemajemukan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beraneka
ragam budaya. Persatuan bahasa digunakan untuk tetap menjaga bangsa dari
ancaman arus globalisasi untuk menunjukan jati diri bangsa Indonesia. Karena
semboyan bangsa Indonesia bhineka tunggal ika walaupun berbeda tetap satu jua.
Rakyat Indonesia harus bangga terhadap bahasanya sendiri karena selain bahasa
pemersatu, bahasa Indonesia juga sebagai simbol Negara. Bukti bahwa rakyat
Indonesia walaupun dari berbagai macam suku di persatukan dengan bahasa. Selain
itu bahasa Indonesia masuk kedalam bahasa yang paling rumit di dunia dan warga
Negara asing juga sudah mendunia banyak yang belajar bahasa Indonesia bahkan di
Australia bahasa Indonesia masuk kedalam kurikulum sekolah. Bahasa Indonesia
yang baik dan harus tetap lestari sebagai bahasa nasional dan bahasa pemersatu.
3. Jelaskan
peranan Bahasa Indonesia dalam konteks ilmiah!
Bahasa Indonesia
adalah bahasa resmi Negara Republik Indonesia, sebagaimana yang telah disahkan
pada sumpah pemuda 1928. Selain itu bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang
sangat penting bagi waga Negara Indonesia. Dalam peranannya bahasa Indonesia
dalam penulisan atau dalam konteks ilmiah sangatlah penting. Dikarenakan dalam
penulisan ilmiah membutuhkan penggunaan tata bahasa Indonesia yang baik.
Penggunaan tata bahasa Indonesia dalam konteks ilmiah ialah penggunaan tata
bahasa yang telah mengikuti aturan EYD yang benar. Dimana dalam segi penggunaan
tata bahasa, segi pemilihan kata, dan segi penggunaan tanda baca
.
Sering kali pada konteks ilmiah bahasa diartikan sebagai buah pikir penulis, sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang dilakukan oleh si penulis tersebut pada ilmu pengetahuan tertentu. Dalam konteks karya ilmiah isi dari karya ilmiah harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam penulisan dan tata bahasanya.
Sering kali pada konteks ilmiah bahasa diartikan sebagai buah pikir penulis, sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang dilakukan oleh si penulis tersebut pada ilmu pengetahuan tertentu. Dalam konteks karya ilmiah isi dari karya ilmiah harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam penulisan dan tata bahasanya.
Dalam penulisan karya ilmiah yang harus diperhatikan ialah dalam pemilihan kata, penggunaan tanda baca, dan harus mengikuti EYD.
Adapun
manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
1. Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.
2. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber.
3. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan.
4. Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis.
5. Memperoleh kepuasan intelektual.
6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
Jadi dapat disimpulkan peranan dan fungsi bahasa Indonesia dalam konteks ilmiah sangatlah penting. Karena hasil baik dari penulisan ilmiah tidak lepas dari segi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah
Karya
Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah atau akademik menuntut kecermatan dalam penalaran dan bahasa. Dalam hal bahasa, karya tulis semacam itu (termasuk laporan penelitian) harus memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau bukan bahasa informal atau pergaulan.Ragam bahasa karya tulis ilmiah atau akademik hendaknya mengikuti ragam bahsa yang penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau ambigiutas makna karena karya tulis ilmiah tidak terikat oleh waktu.
Dengan demikian,
ragam bahasa karya ilmiah sedapat-dapatnya tidak mengandung bahasa yang
sifatnya kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya agar karya
tersebut dapt tetap dipahami oleh pembaca yang tidak berada dalam situasi atau
konteks saat karya tersebut diterbitkan. Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal
yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit dicari alat peraga atau
analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan hal semacam itu,
diperlukan struktur bahasa keilmuan adalah kemampuannya untuk membedakan
gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan strukturnya yang baku dan
cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat terungkap dengan cermat
tanpa kesalahan makna bagi penerimanya.
Penulisan ilmiah merupakan sebuah karangan yang bersifat fakta atau real yang ditulis dengan menggunakan penulisan yang baik dan benar serta ditulis menurut metode yang ada.
Terdapat beberapa jenis penulisan ilmiah yang dapat di kategorikan sebagai berikut :
Ø Makalah
Karya tulis yang menyediakan permasalahan dan pembahasan sesuai dengan data yang telah di dapatkan di lapangan dengan objektif.
Ø Kertas Kerja
Pada umumnya kertas kerja hamper sama dengan makalah akan tetapi kertas kerja digunakan untuk penulisan local karya atau seminar serta lebih mendalam dari makalah.
Ø Laporan Praktik Kerja
Karya ilmiah yang memaparkan fakta yang di temui di tempat bekerja yang digunakan untuk penulisan terakhir jenjang diploma III (DIII).
Ø Skripsi
Merupakan karya ilmiah yang mengemukakan pendapat orang lain dan data yang telah di dapat di lapangan yang digunakan untuk mendapat gelar S1 :
1. Langsung (observasi lapangan)
2. Skripsi
3. Tidak langsung (studi kepustakaan)
Ø Tesis
Karya ilmiah yang bertujuan untuk melakukan pengetahuan baru dengan melakukan peneluitian penelitian terhadap hasil hipotesis yang ada.
Ø Disertasi
Karya tulis untuk mengungkap dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta yang realistis dan data yang relefan serta objektif.
Dalam menulis karya ilmiah sebaiknya menggukan kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan kaidah dan bahasa yang penuturannya terpelajar dengan bidang tertentu, ini berguna untuk menghindari ketaksaan atau ambigu makna karna karya ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian, ragam bahasa penulisan karya ilmiah tidak mengandung bahasa yang sifatnya konstektual,
Oleh karena itu, pengajar perlu memperhatikan kaidah yang berkaitan dengan pembentukan istilah, Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI) yang dikeluarkan oleh pusat pembinaan bahasa Indonesia merupakan sumber yang baik sebagai pedoman dalam memperhatikan hal-hal tersebut. Dan juga tanda baca yang tepat untuk di setiap kalimat yang dimuat dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ada yang menyebutkan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam karya tulis ilmiah berupa penelitian yaitu :
1. Bermakna isinya
2. Jelas uraiannya
3. Berkesatuan yang bulat
4. Singkat dan padat
5. Memenuhi kaidah kebahasaan
6. Memenuhi kaidah penulisan dan format karya ilmiah
7. Komunikasi secara ilmiah
Langganan:
Postingan (Atom)